Menyekolah anak terlalu dini tidak melulu baik untuk tumbuh kembangnya. Dampaknya akan dirasakan anak saat usianya mulai menginjak dewasa. Bahkan, tidak sedikit orangtua yang menyesali keputusannya untuk menyekolahkan anaknya terlalu dini. Kapan sebaiknya anak mulai sekolah?
Kebanyakan
orangtua sekarang lebih mengikuti tren, dibandingkan memikirkan bahaya yang
akan diterima oleh anak. Orangtua lebih cenderung mementingkan kemampuanakademik dibandingkan perasaan anak.
Anak usia
0-8 tahun sejatinya masih memerlukan aktivitas bermain yang cukup. Mama, tidak
boleh memaksa mereka untuk terus melakukan aktivitas yang terstruktur misalnya
belajar, les maupun sekolah.
Memang, kebutuhansetiap anak berbeda. Begitu pun kemampuannya dalam berbagai aktivitas. Lalu,
usia berapa kah anak bisa masuk ke sekolah? Apa saja kah dampak bagi anak saat
orangtua memaksa mereka untuk sekolah terlalu dini?
Seperti
yang dikatakan Psikolog Keluarga, Elly Risman dalam Kanal YouTube Indonesia
Morning Show. Pola asuh orangtua harus didasari ilmu dan prinsip, bukan hanya
mengikuti tren saja. Anak usia dini masih perlu kelengketan dan kedekatan
dengan orangtuanya.
“Permainan
yang baik adalah tubuh orangtuanya. Bukan permainan yang sudah jadi,” ucap
Elly.
Elly
mencontohkan seperti kata Neil Postman dalam bukunya “The Disappearance of Childhood” mengatakan, "Jangan kau cabut anak-anak dari
dunianya terlalu cepat karena kau akan mendapatkan orang dewasa yang kekanakan."
“Kita bisa
lihat sekarang banyak kan orang dewasa yang masih kenakan-kanakan,” katanya.
Selain itu,
kata Elly, teori lain adalah teori tapal kuda. Dimana anak-anak yang terpaksa
disekolahkan terlalu dini akan mengalami kebosanan saat bersekolah.
“Jika anak
di sekolahkan sesuai usianya, maka guru akan tahu dan harus berbuat apa. Tapi,
jika anak yang di sekolahkan terlalu dini, kita tidak tahu akar permasalah
kebosanannya terletak di mana. Ini seperti kanker,” ujarnya.
Karena,
menurut Elly, anak usia 0-8 tahun lebih mengenali persaannya terlebih dulu. Misalnya,
yang berkembang cepat itu rasa empatinya. “Jadi yang harus dilatih dulu itu
perasaan empatinya, bukan kognitifnya,” tuturnya.
Elly juga
menyarankan, idealnya menyekolahkan anak adalah usia 7 tahun. Di usia 7 tahun
ini anak sudah masuk sekolah dasar. “Nanti hitung mundur saja untuk TK dan
playgroup,” ucapnya.
Sementara,
aturan menyekolahkan anak pun tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021. Dalam aturan tersebut minimal usia untuk
anak kelas 1 SD adalah berusia 7 tahun. Namun, sekolah juga dapat menerima usia
paling rendah 6 tahun per tanggal 1 Juli di tahun yang sama.
Psikolog Rini S Minarso berpendapat, tidak semua anak memiliki kesiapan mental yang sama dalam memasuki
jenjang pendidikan akademik. Beberapa
anak mungkin memiliki kesiapan lebih awal untuk memasuki usia sekolah, tetapi banyak anak yang lain tidak begitu.
“Idealnya
orangtua mengetahui
kesiapan anak sebelum memasukkan anak ke sekolah. Caranya adalah dengan melihat tidak saja kemampuan anak dalam
calistung atau semacamnya, tetapi juga kemampuan anak dalam kemandirian, ada tidaknya
minat dalam belajar tanpa paksaan, ada tidak
kemungkinan anak lebih senang bermain, dan lain
sebagainya,” tutur psikolog yang bermukim di Cirebon ini.
Rini
menyarankan, agar orangtua berkonsultasi terlebih dulu dengan guru dan psikolog
untuk mengetahui kesiapan anak untuk bersekolah. “Lebih idealnya seperti itu,”
tutupnya.
0 Komentar